Jumat, 23 April 2010

SAHABATKU DIHUKUM MATI


Surabaya, 21 April 2000

Sahabatku dicari petugas keamanan gara-gara menolong membalut luka seutas bromocorah dan segelas air diteguk sejuk.
Sahabatku dikejar petugas keamanan dengan bertuduh menggoyah stabilitas sosial membahaya keamanan. melindungi buron membantu pelarian.
Sahabatku diburon petugas keamanan hanya karena mengamal sila 2 butir 2.

Lantas muncul di pengumuman media cetak pamflet baliho selebaran koran majalah tabloid pun serta elektronik tivi radio internet, berkata,
”BARANG SIAPA DAPAT MENANGKAP HIDUP AKAN MENDAPAT HADIAH DARI PEMERINTAH BERKUASA SEBESAR LIMA PULUH TUJUH RIBU RUPIAH. DAN BARANG SIAPA YANG JELAS-JELAS MELINDUNGI SEPAK TERJANGNYA AKAN DIHUKUM RAJAM.”

Hatiku hancur remuk berlumur lumpur berpeluh darah beranyir sengau aroma air mata perih di nurani serasa mati mendengar baca woro-woro di sana.

Aku melihat berkepala mata hatiku sendiri Sahabatku ditangkap di leher diikat rantai, di tangan diikat rami, di kaki diikat sling ditarik paksa petugas keamanan seraya dicaci cemooh dihujam hujatan ludah memandi di muka Sahabatku.
Dia tersenyum manis.

Popor senapan menyarang bertubi di muka Sahabatku darah segar bercamspur luruh keringat menyeka muka dari ujung kepala pelipis dan ekor mata.
Ketika terjatuh tangan jemari diinjak sepatu boot para petugas keamanan beserta umpatan tak ketinggalan teriak kutukan di persisi telinga Sahabatku.
Dia tersenyum manis.

Aku hanya terdiam dapat cuma terpekur hening bertetes air mata menyaksi Sahabatku didera. Tak berani ak umenolong dan berteriak, ”ini Sahabatku!” karena ancama hukuman rajam dari penguasa.
Aku hanya terdiam malu.
Aku hanya berhening di hati menjerit meronta.
Aku hanya tertunduk tak berani menatap wajahku sendiri.
Aku hanya bisa nista berhampa.
Sahabatku hanya diharga sepeser untuk dihukum mati hanya karena mengamal cinta.
Sahabatku tetap tersenyum pada para penyiksa

Saat nyawa lepas,
Sahabatku tetap tersenyum manis

Tidak ada komentar:



Robin Moyer pada 1982 memotret beberapa jenazah pengungsi Palestina yang dibantai di Beirut, Lebanon.
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com