Rabu, 07 Januari 2009

JEJAK TERSAPU



Surabaya, 8 Januari 2000

Di rayapan ombak Selatan balik ke laut,
Di batasan dasar laut dan pasir kering.

Tertanam jejak kaki jejak-jejak kaki
Terpana jelas dua relief telapak.
Berbaris

Desir ombak kian menyapu
Ombak besar-ombak kecil
Panas surya menghangat angin
melena tubuh berjalan

Tertanam jejak kaki jejak-jejak kaki
Terpana jelas dua relief telapak.
Berbaris

Beriringan, tiga
Sirna diombak
Berurutan sejenak
Lenyap dirayap ombak ke laut

Tubuh kian berjalan kepala mencongak
Kepala tak mata perhati di belakang.
Mata tak dikacau jejak musnah
Jejak sirna melulu tak dalam
Tak dalam hati tumpul
Hati mati jiwa berhampa

4 komentar:

JudithNatalia mengatakan...

Ealah mas,mbok dijelaskan to isinya,sorry susah berhadapan dgn mis muter2 yang sulit menterjemahkan isi tulisanmu hehe..jgn bosen yaaa

LOMBOK! mengatakan...

gak bosen kok mbak, :)
aku malah seneng bisa berbagi asa dan ide dgn siapa aja. boleh dikritik, bisa dipuji, silakan diludahin, atau dielus-elus jg boleh :)

intinya aku suka kok bercerita mendalam ttg puisi-puisiku yg (mugkin sebagian orang menganggap) terlalu melankolis

mungkin benang merah antara foto ilustrasi dgn isi gak terlihat.

aku pengen bercerita ttg org2 atau lembaga yg hobinya berbaksos. tapi setelah itu gak ada follow up atau tindak lanjut. yg seperti itu banyak kan.

kuibaratkan jejak kaki di pantai yg mudah terhapus waktu ombak menyapu. si orang ini matnya selaluke depan menikmati pemandangan pantai yg indah, dan tidak memperhatikan jejaknya tersapu.

sama dgn mereka yg berhobi baksos tadi.

setelah beri bingkisan, mereka cuke pergi. gak peduli si penerima akan berbuat apa esok hari.

JudithNatalia mengatakan...

Oalah gitu to mas...yo yo,wis paham...tapi soal 'memberi' tadi kita berpikiran positif aja,mungkin ia baru bisa memberi sekali,atau dua kali atau dalam keterbatasan si pemberi tetap ingin berbuat baik(meskipun hanya sekali tadi)
Mudah2an saja ada pemberi selanjutnya yang bisa melihat ke depan tapi juga sekaligus melihat ke jejak kakinya :)

LOMBOK! mengatakan...

semoga ada :)
Yahwe merestui ...



Robin Moyer pada 1982 memotret beberapa jenazah pengungsi Palestina yang dibantai di Beirut, Lebanon.
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com