Jumat, 20 Maret 2009

Jenazah Manusia Kain Kafan Tidak Membusuk




Sejak pertama kali ditemukan pada 1354 oleh Geoffrey de Charny, seorang kesatria Prancis, kain kafan yang diduga untuk mengafani jasad Yesus, mengundang berbagai kontroversi dan penasaran berbagai pihak.

Dalam kain kafan berukuran 8 kubitus kali 2 kubitus, atau sekitar 4,4 meter kali 1,1 meter ini, terpampang gambar seorang lelaki yang sekujur tubuhnya dipenuhi luka bekas penyiksaan . Di kedua pergelangan tangannya ada bekas luka tuskan paku. Tak terkecuali pada kedua kakinya. Pada lambung kanan ada luka tusukan benda tajam selebar 5 sentimeter.

Menurut Pastur Gabriel Antonelli, CP, seorang sejarahwan asal Italia, selama ribuan tahun tidak pernah ada seseorang yang disiksa sedemikian hebat sebelum akhirnya mati disalibkan kecuali Isa Almasih alias Yesus. Setelah dipelajari rupanya fakta dalam Injil sama dengan fakta-fakta sejarah yang dipaparkan pada kain kafan ini.

Tertulis dalam Injil, Yesus yang masih keturunan nabi Daud tewas di kayu palang di bukit Golgota. Sebelum mati disalib, Ia terlebih dahulu disiksa dengan cambuk berduri. Isa juga mengenakan mahkota yang terbuat dari ranting duri. Setelah itu Ia dipaku pada kayu salib. Lambung kanan anak Yusuf dan Maria ini ditusuk tombak utnuk emmastikan kematianNya.

Penelitian pada kain kafan tersebut menunjukkan hal serupa. Para ilmuwan mencatat ada lebih dari 120 luka cambuk yang memenuhi sekujur tubuh jasad manusia dalam kain kafan itu. Cambuk yang digunakan adalah jenis flagrum taxillatum. Merupakan cambuk berjuntai 3 dengan mata berduri mirip cakar di tiap ujungnya. Jika dicambukkan ke badan, sudah pasti meninggalkan luka cabik. Puluhan luka akibat duri-duri tajam membekas jelas di kepalanya.

Dari sejumlah penelitian, duri ini berasal dari sebuah tanaman semak berduri di kawasan Palestina. Hingga kini tanaman ini masih tumbuh di kawasan kering di sana.
Pada kain kafan itu tergambar jelas luka tembusan paku pada kedua pergelangan tangan dan kakinya. Luka selebar 5 sentimeter pada lambung kanan jenazah itu juga terpapar jelas.

Menurut Pastur Gabriel Antonelli, CP, tiga hal yang membuat gambar di kain kafan bagian dalam itu muncul adalah adanya darah yang menempel, minyak dan rempah-rempah yang digunakan adat orang Yahudi untuk mengurapi jenazah, serta kelembaban makam.

Tapi ia menegaskan, untuk menampilkan sebuah gambar manusia pada bagian dalam kainitu harus ada sinar yang sangat terang. Sinar itu dipastikan muncul dari dalam kain kafan yaitu dari jasad Isa Almasih. Sebab, dari mana lagi sinar itu datang jika bukan dari dalam kain? Karena gambar jasad itu terpapar pada bagan dalam kain bukan bagian luar.

“Untuk memunculkan gambar dalam kain itu, mutlak diperlukan cahaya yang sangat terang. Dari mana cahaya itu datang? Satu-satunya kemungkinan yang pasti adalah dari dalam tubuh Yesus sendiri yang terbungkus kain kafan itu.” jelas Pastur Gabriel.

Banyak ilmuwan yang mencoba mereka ulang pembuatan gambar manusia pada kain kafan torino menggunakan teknologi modern, tapi selalu gagal. Sebuah percobaan yang nyaris berhasil hanya bertahan beberapa bulan saja, perlahan pudar dan hilang.

Pada pameran replika kain kafan Yesus di Gereja Katolik Roh Kudus, Rungkut, Surabaya ini pengunjung mendapat penjelasan bagaimana Isa mengalami penyiksaan sebelum akhirnya mati disalib. Pameran ini mengundang perhatian dari seluruh kalangan. Tidak terkecuali Hajah Restuning Ati yang mengaku penasaran mengenai kisah sengsara Isa Almasih. Dengan mengetahui sejarah dan fakta tentang Isa, akan bisa mempererat persaudaraan antar umat beragama.

“Selama ini kan kita cuma tahu bahwa Isa disalib. Tapi bagaimana Dia disiksa dan akhirnya wafat kan tidak tahu. Saya pikir dengan menyimak pameran ini bisa mempererat persaudaraaan dengan saling memahami.” tutur Hajah Restunig Ati

Menurut Pastur Gabriel Antonelli,CP kain lenan replika ini ukurannya sesuai dengan aslinya yaitu 16 kubikus persegi atau sekitar 4,84 meter persegi.

Gambar pada kain kafan membuktikan jenazah di dalam kain kafan ini tidak hancur atau mengalami pembusukan. Jika membusuk, tentunya akan merusak kain lenan itu sendiri. Kain kafan ini sekarang tersimpan rapi di Katedral Santo Yohanes Pembabtis di Torino, Italia.

Tidak ada komentar:



Robin Moyer pada 1982 memotret beberapa jenazah pengungsi Palestina yang dibantai di Beirut, Lebanon.
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com