Surabaya, 26 Maret 2000
Baru aku sadar bahwa akhlak bisa diukur dengan angka
Baru aku mata terbuka, dihalalkan numerik jadi patokan iman
Baru aku terbangun, pendidikan rumah ibadah tak lagi berlaku.
Rasa gusar geram baru siuman aku dan berpikiran edan,
bahwa paling terhormat bila pelajaran agama di sekolah dihapuskan saja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com
2 komentar:
Setuju. Aku juga pernah posting dengan tema ini. Buatku, urusan agama itu urusan pribadi dan menurutku tak perlu dinilai dengan angka.
Nyatanya toh, nilai pelajaran agama tak menjamin akhlak seseorang. Buktinya, ada beberapa temanku di SD dan SMP yang nilai pelajaran agamanya tak pernah kurang dari 8, lha kok malah nikah karena 'kecelakaan.'
Kalaupun tetap ada, tak perlu ada penilaian dengan angka. Bisa saja cukup dengan kategori baik atau sedang tapi disertai catatan sang guru, misalnya: si A lancar membaca Al-Quran dan perlu ditingkatkan..dan sejenisnya.
Miss u Ndre..
THAT'S THE POINT!
agama itu masalah rasa, bukan kemampuan seseorang memahami sebuah pengertian.
agama hanyalah ciptaan manusia. jangan jadikan agama sebagai alat untuk menghakimi seseorang.
religions dead, God lives!
Posting Komentar