Jumat, 22 Oktober 2010
LEMBAR TERAKHIR
Surabaya, 22 Oktober 2010
Lembar-lembaran ini tinggal yang terakhir di kantongku
Tinggal lima ribu
Aku tidak mau peduli besok.
Aku cuma perlu sabun mandi.
Selebihnya kubelikan snack untuk anakku
Biar dia sedikit gembira
Sesaat aku bisa melupakan bebanku
Pinsan dari sadar kalau besok matahari masih akan terbit
Baru kali ini aku bisa tertawa meskipun akan tidak punya uang
Ini ingin sekali kupunya terus-terusan
Pergi ke toko dia minta gendong
Sendepel di pundak kiri
Aroma rambutnya melecut hidung
Kibasan helainya membuat tenang hidungku
Dia minta biskuit coklat satu bungkus kecil
Tidak mau dua
Tidak mau yang lain
Satu saja
Pulangnya tetap saja minta digendong
Sambil menyanyi lagu yang dia karang sendiri
Nada sesukanya
Bahasanya tidak jelas
Cenderung mirip bahasa planet lain
Terus sendepel di pundak kiri
Tapi maknanya dalam menusuk paru-paru
Masuk dari telinga mengalir dalam darah
Pesan lagunya menggugah hati yang hancur
Coba dengar kalau tidak percaya ...
Ini memang tidak membuat lembaran uangku yang sudah punah, jadi lestari
Tapi aku tetap tidak peduli
Kenapa bisa?
Aku tidak mau tahu!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar