Rabu, 10 September 2008
Aku Bangga
Surabaya, 6 Januari 1999
Telah cukup muak kulihat tingkahnya
Telah cukup kupendam luka
Telah kurasa kecewa
Telah muak kudengar bingar
Perginya membuat rumah gusar
Mabuknya tak jua sadar
Tinjunya memarkan hati pedih
Pergaulannya kadikan mataku putih
Lantam teriakannya tak lagi cintaku masih
Habislah aku
Tersungkur dalam bunga tidurku
Kusayat urat nadi merintih aku pilu
Kuteteskan air mata darah
Bahkan mimpipun aku gundah
Tolonglah, Gusti, sudah!
Hari-haripun terasa panas
Darah mendidih kepalaku pecah hati terlibas
Badan rasanya sepuluh tigapuluh truk melindas
Tapi sang bocah keparat ini tampak tenang
Si durhaka bagaikan pesta tampaknya selalu girang
Tak peduli biar jungkir balik ayahnya mengerang
Akan kutungu dan kuhitung
Biarlah rasa manusiaku kulepas dulu kugantung
Putih dan hitamku bertarung
Satu, dua, tiga. Tak mungkin mengelak dapat
Sudah, sudah, sudah kubabat
Biarlah lehernya menganga terteas gobang keramat
Darah merah melumuri tubuh
Karam sudah kapal tak lagi labuh
Karena telah remuk tak utuh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar