Surabaya, 2 Juni 2008
Tak lekang meregang suram hitam
Legam sekar wangi berserak warni
Gelap runtuh tersirat warna semerbak
Aku buta!
Aku netra!
Netra jiwa melantak adab!
Tuna pantang aku berserah!
Mereka kata,
Bagai bodoh si netra membingkai para berbuta
Aku jiwa!
Aku buta tak lihat apa
Aku buta tak kecap gemerlap
Aku buta tak sua kerling bianglala
Mereka kata,
Nan tolol pengarah jua kaum nista mata
Aku buta menuntun para buta
Aku buta melihat lesat jangkau para netra
Aku, si buta, lantang menantang,
Kau netra, tak malu berbalut agama?
Kau mata, hina nian mengecap harta lain?
Kau punya lihat, biadab berjuluk manusia!
saya terang-terangan mengecam ungkapan “seperti orang buta menuntun orang buta”. ungkapan ini sungguh menghina para tuna netra. mereka yang bisa melihat, toh tidak berbuat banyak buat para tuna netra.
Biadab!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar