Kamis, 25 Desember 2008

SATE SUGENG BERANTAKAN

Surabaya, 25 Desember 2008

Uang ini sudah disimpan rapi dari 2 purnama lalu
Mereka hendaknya mau ganyang sate ayam pesta nikmat
Aku tahu ini

Sugeng tengah baya mengayuh rengat sepedanya keliling Surabaya mendidih
Melotot kotakan biru kuning,
melongok ban kuping depan pagar,
menyelam pada debu bunga jalan
Aku tahu ini

selembar, selumbar, sebiji, setali, segebok, selonjor, seikat, sekarung, segunung
Itu kardus bersanding ini gelombang seng
Seikat botol plastik setali koran renta
Sekoli sepeda karat bertumpuk sepatu sol terhias debu
Satu tetes seribu Sugeng simpan di kaleng
Dua teguk puluh ribu untuk kaleng
Gelintiran bebutir ratusan kepada kaleng saja
Aku tahu ini

Sugeng sekawan sepakat tunda nasi bertautan lauk
sekelompokan Sugeng yakin mau pertahan lapar sedikit lama
Aku tahu ini

Ini malamnya mereka yang tunggui sekala dua kali rembulan bundar lalu
Sugeng lengkap baru saja berlutut pada teras Agung
Sugeng bergandengan menyila Sang Segala bertandang
Sugeng dan kelengkapannya beria bahagia in malamnya
Aku tahu ini

Mereka kekasih itu Raja bersenda menyusur jalan gurau menerang malam terkudus
Para Sugeng mampir jenak pada bakul sate ayam terlezat di sebelah di pertigaan di jalan
Beli 20 sate ayam lelumur kacang giling berkecap enak
Tambahannya 4 nasi putih baru masak, bersalut daun pisang harum
Sugeng-Sugeng kembali canda iringi tapak pulang
Aku tahu ini

Sejalur itu, lajur orang berjalan
Luncur maha gajah limbung agaknya menyerta
Berdecit hiasi saling silang upaya menjejak
Tiada bisa daya, tiada bisa upaya, tiada bisa hela
Aku tahu ini


Para Sugeng!
Ditampar maha gajah dari selatan
Tertumbuk bebatu gemercik
Digilas maha aspal jalan raya
Tergiling raja roda sepuluh

Jejerit kaget massa gelimpang
Meraung lolong sekawan sekitar
Menghardik dasyat gagap

Tak nampak lagi yang Sugeng
Tak beda lagi mana 2 anaknya cinta
Tak nyata pula istrinya terkasih
Kececeran jua otaknya
Hambur ruah darah dan limpa
Rombak pula jenjang kaki lentik jemari
Mmeburai hebat relung dada
Porak wajah poranda bokong
Bukan lagi mandi darah,
samudra merah air bah
Satenya ayam enak berantakan

Pestanya hening bertabur damai
Malam ini kudus sungguh
Malam ini suci benar
Sugeng barusan mohon damai hati tulus
Berjuang hidup pada karang culas
Aku pengantar para Sugeng sowan Sang Maha
Aku jagai Sugeng-Sugeng jalan bertamu di rumah Maha Damai
Aku kawalkan Sugeng istri 2 anak jadi warga Damai Surga

Aku tahu ini

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Although we have differences in culture, but do not want is that this view is the same and I like that!

LOMBOK! mengatakan...

thx yo! but again.... i can't read Chinese character

Anonim mengatakan...

Although there are differences in content, but I still want you to establish Links, I do not know how you advice!
Cargo Net



Robin Moyer pada 1982 memotret beberapa jenazah pengungsi Palestina yang dibantai di Beirut, Lebanon.
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com