Surabaya 2 Oktober 2012
Sambil
mengantuk dia mencoba terus jaga
Dahinya
hampir dekati lutut yang tekuk
Terhampas
tak pasrah di teras swalayan itu
Liurnya
menetes pelan tanpa sadar tahu
Merambat
pelan dari mulut meresap ke bajunya
Giginya
dikeroposi usia sudah habis
Bahkan
sulit menahan liur menetes di bibir bawahnya yang tebal
Pecah-pecah
bibirnya dibakar panas Surabaya
Dia
bukan pengemis
Dia
orang kuat
Hanya
melarat
Tak
seberuntung kita yang bisa mandi kapan saja
Yang
bisa bercanda semua saat
Kantuknya
sejenak ditahan untuk mengintip sesaat
Supaya
nampak siap kalau ada yang mau kerupuknya
Dia
tak sudi ajal datang kala sedang tak berguna
Meski
ajal bukan perlu ditakut baginya
Dia
orang berguna
Dia
orang terpandang, seharusnya
Banyak
orang tidak memandang
Sambil
menyapu lirik di ekor mata pengunjung keluar masuk
Ada
berjalan. Ada bersepeda motor. Ada bermobil
Dia
cuma beharap krupuknya laku
Tak
ada ingin punya mobil bahkan yang melintas di pikirnya
Dia
paham hasratnya tak perlu sampai ke sana
Cukup
menghabiskan jualannya untuk menyambung nyawa
Untuk
bisa makan malam ini cukuplah
Jipang
Krupuk
ikan
Kuku
macan
Masih
dua karung