Rabu, 15 Oktober 2008

PELAJARAN AGAMA TAK PAHAM AGAMA

Surabaya, 26 Maret 2000

Baru aku sadar bahwa akhlak bisa diukur dengan angka
Baru aku mata terbuka, dihalalkan numerik jadi patokan iman
Baru aku terbangun, pendidikan rumah ibadah tak lagi berlaku.

Rasa gusar geram baru siuman aku dan berpikiran edan,
bahwa paling terhormat bila pelajaran agama di sekolah dihapuskan saja.

Senin, 13 Oktober 2008

DURI TERTUSUK LARA

Surabaya, 22 Mei 2002

Kita berpelukan
Kekasih, kau terus membujukku untuk tinggal.
Kata-kata lembutmu
kalimat halusmu sungguh membuat aku gentar
Tetes-tetes air matamu membiaskan pandangmu.
Aku terhempas.

Kita berpelukan erat.
Jemari lentikmu meremas genggam pundakku.
Kau curahkan segala sayangmu.
Bisikkan masnismu benar mengguncang tulang sendiku.
Cintaku,
jangan kau kira aku tak dengar.
Jantungku berhenti berdegub.

Aku tetap harus pergi.
Tetapi cintaku sungguh sebatu karang. Aku ingin di sini.

Kita masih berpelukan.
Bibir mungilmu masih berbisik padaku
tentang sampan cinta kita
tentang samudra suka cita
tentang keriaan nanti.
Rambut hitammu begitu dasyat berteriak kepadaku,
"Tinggalah, Cintaku!"
Deru jantungmu hingar gemuruh mengiba, "Aku haus..."

Cintaku,
jangan pikir aku picingkan mata,
jangan bersangka aku bertebing terjal.
Jangan buat aku tinggal di sini.

Kita masih berpelukan kencang.
Dan aku benci melepas pelukanmu.
Aku benci untuk meninggalkanmu.
Aku maki diriku untuk melepaskanmu.
Cintaku, maaf aku telah mengecap cintamu...
maaf, kau telah mengecap cintaku...

Cintaku, kau tetap tak mau melepas pelukanmu,
meski aku sudah katakan

Kekasih,
aku buronan!

Minggu, 05 Oktober 2008

GARAM MENGGUGAT

Surabaya, 16 Oktober 1999


Aku adalah garam yang disarikan dari laut,
Yang dipakai hampir di seluruh kehidupan
mahluk yang menamakan dirinya, manusia.

Celakalah bila jangan kunci tak pakai aku.
Nista jika oralit tanpa aku.
Rusaklah krupuk upil alpakan aku.
Bahkan mungkin tak kunjung meledaklah
TNT minus aku.
Kala kurengungi
ipoleksosbudhankamrata akan sangat bodoh
semisal mengabaikan aku

Aku adalah garam yang disarikan dari laut,
tak terlalu sulit mendapatkan diri ini.
Mulai dari daratran timur hingga barat, utara dan selatan.
Mulai dari pasar tradisional hingga supermarket.
Mulai dari warung amigos sampai dapur Hilton.
Mulai dari rumah tangga keluarga sampai tangga negara
aku tak mustahil dijumpai.

Nun hingga kini,
di daratan gemah ripah loh jinawi ini
aku tidak tempat yang nikmat.
Aku mudah dipunya
pula mudah disirna.

Aku murah diharga
makin hampa harga diri
saat hanya ditukar beberapa
keping gemerincing
dibungkus kantong plastik tipis
dijinjing ditenteng.

Hanya di para ibu aku rasa diterima
Cuma di tangan ibu aku diharga.

Aku adalah garam yang disarikan dari laut,
Dengan ini menggugat,

Terkutuklah manusia mencampakkan aku,
akulah menyedapkan masakan mewah mereka.

Tertanda,

Aku

Garam yang disarikan dari laut


Robin Moyer pada 1982 memotret beberapa jenazah pengungsi Palestina yang dibantai di Beirut, Lebanon.
jika hati bergetar,
andai darah mendidih,
rangkai kata kunanti
pada puisilombok@gmail.com